SOP BUDIDAYA NILAM





Tanaman nilam merupakan tanaman penghasil minyak atsiri yang dikenal sebagai minyak nilam. Minyak nilam merupakan salah satu komoditi non migas yang cukup populer di pasaran internasional. Indonesia merupakan penghasil minyak nilam terbesar di dunia yang setiap tahunnya memasok 70% hingga 90% kebutuhan dunia.
Standar prosedur operasional atau biasa disebut Standar Operasional Prosedur/SOP merupakan panduan hasil kerja yang diinginkan dan proses kerja yang harus dilaksanakan, yang berisi langkah-langkah/sistematika kerja yang dibuat secara rinci mudah dipahami dan dapat diterapkan dengan baik dan konsisten oleh para pelaku. Dari beberapa pengertian SOP menurut para ahli, tujuan utama dari penyusunan SOP adalah untuk mempermudah setiap proses kerja dan meminimalisir adanya kesalahan di dalam proses pengerjaannya.
Penerapan SOP Budidaya Tanaman Nilam merupakan upaya sungguh-sungguh dalam meningkatkan produksi, produktivitas dan mutu minyak nilam yang dihasilkan. SOP dapat digunakan sebagai pedoman bagi pelaku utama dan usaha perkebunan nilam. Penerapan SOP budidaya tanaman nilam merupakan pendekatan secara holistik dengan penekanan pada kegiatan yang mempengaruhi kualitas dan kuantitas serta lingkungan.
Standar Operasional Prosedur Budidaya Tanaman Nilam ini meliputi : Pemilihan/Penetapan Lahan, Pemilihan Benih, Penyemaian Benih, Penyiapan Lahan, Penanaman, Pemupukan, Pengendalian OPT, Pemanenan, Pasca Panen.
Pemilihan lokasi adalah penetapan lokasi usaha tani yang sesuai dengan karakteristik komoditi untuk menghasilkan produksi dan mutu yang optimal. Tujuannya adalah untuk mendapatkan lokasi yang cocok untuk budidaya tanaman nilam. Dalam menentukan lokasi perlu diperhatikan penggunaan lahan sebelumnya, iklim dan kesesuaian lahan, sumber air dan pergiliran tanaman.
Pemilihan benih adalah proses seleksi bahan tanaman. Tujuannya untuk menjamin stabilitas dan kepastian hasil budidaya tanaman dengan mengetahui asal-usul benih dan persyaratannya yaitu dari kebun induk yang sehat, bebas hama dan penyakit. Benih berupa stek pucuk, stek batang dan stek cabang.
Penyemaian benih adalah proses peletakan benih untuk ditumbuhkan. Tujuannya adalah untuk mendapatkan pertumbuhan tanaman yang serentak atau seragam. Benih dapat disemaikan di polibag atau langsung di bedengan. Penyemaian bisa dilakukan dengan stek pucuk, stek batang dan stek cabang, tetapi dengan stek pucuk, persentase kegagalan benih akan berkurang. Penyemaian diusahakan pada media tanam polybag dengan media berupa tanah, pasir dan pupuk kandang dengan perbandingan 1 : 1 : 1, karena benih membutuhkan media tanah yang gembur.
Penyiapan lahan adalah rangkaian kegiatan mulai dari membersihkan lahan dari bebatuan, gulma dan sisa-sisa tanaman lain kemudian dilakukan pengolahan lahan dua kali dan dibuat lubang tanam dan saluran drainase. Pada tahap persiapan lahan ini lubang tanam dibuat dengan ukuran 30 x 30 x 30 cm dengan jarak tanam 1 x 0,5 m, sehingga untuk 1 hektar lahan dibutuhkan bibit 20.000 pohon.
Penanaman adalah proses meletakkan benih ke dalam lubang tanam atau alur yang sudah disiapkan sesuai jarak tanam. Tujuannya adalah agar benih dapat tumbuh dengan baik dan seragam. Penggunaan benih yang bermutu (benih bina) dari varietas unggul/murni juga mutlak diperlukan, karena akan menghasilkan minyak nilam (patchouli oil) dengan kadar PA (patchouli alcohol) yang sesuai dengan permintaan pasar dunia. Penanaman diusahakan saat musim hujan.
Pemupukan adalah pemberian unsur hara berupa pupuk dasar/organik/kandang dan pupuk anorganik ke tanaman. Tujuannya adalah untuk memenuhi kebutuhan unsur hara yang diperlukan agar tanaman dapat tumbuh optimal dan berproduksi maksimal.
Pemeliharaan adalah suatu rangkaian kegiatan yang mencakup kegiatan penyulaman, penyiangan, penyiraman/pengairan dan pembumbunan. Tujuannya adalah agar tanaman dapat tumbuh dan berproduksi secara maksimal.
Pengendalian Organisme Pengganggu Tanaman (OPT) adalah tindakan pengendalian yang dilakukan untuk mencegah kerugian pada budidaya tanaman yang diakibatkan oleh OPT dengan cara memadukan satu atau lebih teknik pengendalian yang dipadukan dalam satu kesatuan. Tujuannya adalah untuk mengurangi resiko kehilangan hasil dan meningkatkan mutu serta menjaga kelestarian lingkungan. Perlindungan tanaman dengan pengendalian organisme pengganggu tanaman diusahakan dengan menggunakan pestisida nabati.
Pemanenan adalah kegiatan pengambilan hasil berupa daun, batang dan cabang dengan cara memangkas batang ± 20 cm di atas tanah dengan menggunakan sabit atau gunting stek yang tajam dan bersih. Panen pertama dilakukan pada tanaman yang sudah berumur 5-6 bulan. Selanjutnya panen dapat dilakukan setiap 3-4 bulan sekali. Panen dilakukan pada saat pagi dan sore hari, jangan melakukan panen di siang hari karena pada saat itu pembentukan minyak berkurang. Pada dasarnya semua bagian tanaman nilam, sejak dari akar, batang, cabang dan daun, mengandung minyak. Tapi umumnya mutu rendemen dari akar dan batang nilam lebih rendah daripada daunnya. Demi kelangsungan hidup, yang lazim dipanen daunnya. Mengingat yang dipanen daunnya, pertumbuhan vegetatif tanaman nilam diupayakan seoptimal mungkin. Yang paling banyak menyimpan minyak atsiri lazimnya tiga pasang daun termuda. Untuk memperbanyak pertumbuhan daun-daun muda bisa dengan cara pemangkasan.
Pasca panen adalah tindakan yang dilakukan setelah panen, mulai dari penjemuran, penyulingan dan penyimpanan. Tujuannya adalah untuk menghasilkan produk yang tahan simpan, berkualitas dengan mempertahankan kandungan bahan aktif yang memenuhi standar mutu secara konsisten. Agar diperoleh hasil minyak yang optimal diperlukan perlakuan pendahuluan seperti pengeringan, pelayuan dan pengecilan ukuran. Hal ini perlu dilakukan karena kandungan minyaknya dikelilingi oleh kelenjar minyak, pembuluh-pembuluh dan kantong minyak atau rambut grandular. Tanpa perlakuan pendahuluan atau dalam bentuk utuh pengeluaran minyak nilam hanya tergantung dari proses difusi dan proses tersebut berlangsung sangat lambat.
Strategi Hasilkan Minyak Nilam
Untuk memperoleh hasil minyak nilam secara optimal strateginya diarahkan pada efisiensi usahatani, perbaikan varietas dan teknik budidaya sesuai standar operasional prosedur. Dengan menggunakan varietas unggul dan teknologi budidaya sesuai SOP, maka rendemen dan mutu minyak akan meningkat.
Untuk menghindari keberagaman minyak hasil produksi petani, diupayakan dilakukan proses penyulingan oleh satu atau dua pemroses saja dalam satu wilayah, kelompok tani, desa atau kecamatan, kemudian dilaksanakan proses pemurnian minyak.
Dalam pemasaran hasil tanaman nilam pelaku utama seharusnya melakukannya secara berkelompok dengan jalinan kemitraan. Kemitraan perlu dijalin untuk memudahkan pelaku utama dalam penyediaan sarana produksi, bantuan teknis, bantuan permodalan, pengolahan dan pemasaran.
Pembinaan terhadap kelompok tani harus senantiasa dilakukan agar mereka selalu memperoleh bimbingan teknis sesuai SOP, juga agar mereka menjadi kelompok yang kuat dan mandiri dalam melaksanakan budidaya tanaman nilam sampai dengan melaksanakan pasca panen khususnya penyulingan nilam menjadi minyak nilam. Harga yang sering berfluktuasi, dengan kecenderungan menurun yang sangat tajam, hal ini dapat berakibat terhadap penelantaran lahan nilam mereka. Apabila terjadi penurunan harga minyak nilam dalam waktu yang lama dan terus menerus, biasanya petani nilam akan mengalihkan usahataninya ke komoditas lain yang lebih menguntungkan. Namun apabila pelaku usaha melakukan usahanya secara berkelompok dan menjalin kemitraan, maka diharapkan dapat memperoleh harga jual yang stabil. Sehingga tentu saja akan meningkatkan pendapatannya dari usaha ini. Semoga...!!! (Shalimar ANT/dari berbagai sumber)

Komentar